author: galih tri lestari
“a..aaaa… aaa~, uwo uwo uwooo~ wooo~ oo…” aku yang sedang bernyanyi di
dalam kandang burung hanya saja ini agak besar. Sambil kedua kakiku dirantai
bersama teman-teman projectpop lainnya. Tapi kita berada di kandang yang
berbeda. Sambil benyanyi kita pun menderita disertai dengan pakaian yang aneh.
Pakaiannya seperti zaman kerajaan di eropa.
Ada yang memakai pakaian seperti
pangeran,tuan putri,raja,pengawal dan aku sendiri pun memakai pakaian seperti
kesatria baja hitam yang lengkap dengan helmnya. Lampu disana padam hanya ada
lampu yang masing-masing menyoroti kita dari atas sana.
Tiba-tiba, ‘tok tok tok’
“suara apa itu?” suara itu membangunkanku dari mimpi yang sangat dramatis.
Kapan aku bisa bermimpi seperti itu lagi? Aku ingin merasakannya lagi sangat
seru.
Saat aku terbangun aku
berada di depan televisi. Dimana ada seorang perempuan dan seorang laki-laki
yang sedang berebutan remot televisi dan seorang laki-laki sedang melerainya
ada yang bernyanyi-nyanyi tidak jelas ada juga yang mendengkur. Disini sangat
berisik.
Aku yang baru bangun
tidur dan melihat sekeliling langsung membuka pintu. Dan ternyata ada bapak
pemilik asrama, ibu pemilik asrama dan kedua anaknya. Mereka tepat berdiri di
depan pintu yang jaraknya hanya 1 meter dari tempat mereka berdiri.
Aku yang bingung karna
ibu dan bapak ini senyum-senyum tidak jelas sedangkan kedua anak mereka hanya
diam saja. Lalu aku bertanya “ada apa pak?”
sontak pak kepala asrama itulah sebutan kami kepadanya langsung menjawa
“anakku ingin menginap disini untuk beberapa hari”. Aku yang heran langsung
memandangi rumah yang mereka tempati. Rumahnya berada tepat didepan asrama
lainnya lalu aku bertanya lagi “memang ada apa dengan rumah kalian?” yang masih
ku pandangi terus “tidak, ini kan hari kamis jadi siapa saja boleh menginap kan
dan siapa saja boleh berpindah asrama setiap 1 bulan sekali semau kalian”
jawabnya.
Kalian tahu ini tempat
apa? ya dari panggilan kedua orang itu saja sudah jelas ini adalah asrama
sekaligus sekolah bagi kami yang lebih tepatnya panti asuhan, bagiku. Karna
disini terdapat berbagai usia dan anehnya lagi orang tua dari anak-anak yang
berasrama disini boleh menginap (?).
Anak dari pemilik asrama
disini keduanya laki-laki tapi yang menginap hanya seorang saja. Oh iya lanjut
kepercakapan tadi. “kenapa dia mau menginap di kamar asrama D?” “dia yang
memilihnya” “kenapa harus disini bukankah kamar asrama ada banyak?” “ya memang”
kata anak itu “kenapa tidak dikamar asrama A saja? disana banyak anak-anak
pintar” “tapi aku maunya disini” sahut anak itu yang ternyata bernama
CheonDung.
Dia sering di panggil Thunder atau CheonDung
padahal namanya bukan itu huh~. Tapi aku biasa memanggilnya SangHyun walau
sebenarnya baru kenal wkwkwk sedangkan adiknya bernama MinJin.
Saat pertama kali masuk teman sekamarku Vera
langsung terpesona olehnya aku yang baru dekat dengannya saja merasa biasa
saja. Dia yang disambut oleh banyak orang ini langsung duduk diatas kasur yang
akan dia tempati untuk tidur sedangkan aku duduk didepan televisi sambil
menonton acara kesukaan ku film kartun.
Karna dia merasa terganggu oleh Vera dia langsung
keluar kamar dan membantu ibunya untuk mengantarkan makanan ke setiap kamar
asrama. Aku pun juga langsung keluar kamar karna ada bau yang sedap untuk
disantap “bau apa ini?” tanyaku “bau ini” jawab Sanghyun sambil menyodorkan
sesuatu “sup labu?” “yap, pumkin sup” jawabnya dengan tampang biasa.
“biar aku bantu” kata Vera yang tiba-tiba
menyerobot ingin membantu Sanghyun. “eh, tidak usah aku bisa sendiri” “tidak
apa” “eh, benar aku bisa sendiri” jawab Cheondung ketakutan yang sebenarnya
agak risih. “sudahlah sini aku bantu saja. Vera kau masuk kamar saja” bantuku
agar Cheondung tenang bisa terhindar dari anak aneh itu.
Cheondung pun langsung masuk ke kamar asrama C dan
memberikannya kepada anak-anak yang ada disana. “anak itu aneh dan membuatku
tidak nyaman” sahutnya “memang, oh iya kau bicara padaku?” tanyaku “tentu saja
kau kira aku bicara pada siapa lagi” “sudah ayo” lanjutnya “ya”.
Saat kita sudah selesai mengantarkan makanan lalu
keluar ada yang membuat kita terkejut dan sontak saja kita behenti karna
bingung. “apa yang mau kau lakukan?” tanyaku yang heran pada Amel karna dia
memegang selang yang ujungnya mirip dengan pistol dan gayanya seperti orang
ingin menembak. “ah tidak, aku hanya ingin membersihkan ini” jawabnya “ahk
lepaskan aku!” teriak Minjin, tidak lama kemudian Amel langsung menyemprot
Minjin dengan selang kearah lehernya yang kotor terkena sup labu. “hentikan!”
teriak Minjin lagi, Amel yang sudah selesai membersihkan leher Minjin yang
kotor langsung mematikan selang airnya.
Lalu semuanya kembali melanjutkan aktivitasnya
masing-masing. Aku dan Thunder membalikan badan lalu tiba-tiba ia berhenti dan
bertanya padaku “ruangan E ini apa?” “oh, ruangan itu tidak boleh dimasuki oleh
siapa pun” jelasku “memang didalamnya ada apa?” tanyanya kembali “tidak tahu”
“apakah kau penah masuk kedalamnya?” “belum, dan itu sudah tidak dipakai lagi”
“oh, kalau begitu ayo kita masuk” dengan polosnya dia masuk sambil menari ktanganku.
“disini banyak komputer” kataku sambil melihat
sekitar ruangan yang di pernuhi komputer “ya” “ayo kita main” ajaknya “boleh”.
Dan kita langsung memainkan komputer tersebut. Kami duduk bersebelahan Thunde
membuka Facebook dan aku juga “apa nama facebook mu?” tanyanya “mau tahu saja
kau jelek” jawabku, Thunder yang kembali memandang komputer sambil
senyum-senyum tidak jelas.
Aku senang bisa akrab dengannya tapi aku tidak akan
melupakan teman ku yang berada diasrama A. selesai bermain-main dengan komputer
aku dan Cheondung pergi kekamar. “waktunya tidur bersama!!” teriak Amel yang
bersemangat, lalu semuanya membawa kasur dan menruhnya berderet “apa ini?”
Tanya Cheondung “malam sabtu memang memang seperti ini setiap 2 minggu sekali”
jelasku, yang menjelaskan kepada Cheondung “oh begitu” jawabnya.
Cheondung tidur berada ditengah aku dan Vera. Karna
merasa tidak nyaman berada didekat Vera yang selalu genit padanya ia pun
langsung pergi keluar kamar. Karna belum begitu malam satu persatu mereka
keluar kamar. Sebelum aku keluar, aku sempat memperingatinya “kau jangan lagi bertingkah
laku manis agak mendapat perhatiannya” “suka-suka” jawabnya “kau…” “baik lah”
jawabnya menurut
Sanghyun berada disamping pintu kamar D sambil
bersandar pada dindin.
The
end
No comments:
Post a Comment